Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Selasa, 18 September 2012

Pelanggaran Syar'ie dalam Seminar dan Pelatihan Konvensional


"Mana aplausnya?", "Silahkan Bapak maju dan menyanyikan sebuah lagu untuk menghibur kawan-kawan disini",    " Pak, Bu, semua hadap kanan dan pegang bahu didepannya pijit-pijit, ayok terus pak...bu..., sekarang tepuk-tepuk punggungnya, katakan dengan keras 'Mas-mas! Bangun-bangun!" " Sekarang lonjak-lonjak sambil katakan bro!bro!bro! dan terakhir angkat tangan keatas sambil teriak "Yes,yes, yes!!!"  Begitu kurang lebihnya arahan dan anjuran seorang trainer dihadapan para audiens. Tidak peduli Audiennya orang tua, apa orang muda, buruh pabrik atau seorang direktur perusahaan, rakyat atau mantan bupati, mereka semua diminta melakukan apa saja sesuai arahan trainer. Mereka dibuat seperti orang gila. Tapi dasar trainer, gak mau kalah, menghadapi keluhan audienspun si Trainers sudah punya jurus penangkalnya. Si Trainers bilang sendiri: " Kalau ada yang mengatakan 'kok kita seperti orang gila!', berarti normal ya Bapak Ibu sekalian...., mending mana  dikatakan seperti orang gila atau dikatakan seperti orang waras!". Begitulah  suasana sebuah ruangan,  gegap gempita, ramai,  diiringi tepuk tangan, nyanyian, bahkan musik yang gedumbarangan yang membuat suasana jadi gaduh, tidak karuan. Katanya biar suasana hidup dan tambah semangat. 

Pelatihan, training, seminar atau apapun namanya pada dekade sekarang ini seperti menjadi menu wajib bagi setiap perusahaan. Kalau perusahaan Anda ingin maju dan siap bersaing dengan perusahaan lainnya  Ikuti Training "Mahal" ini. Begitu kira-kira penawaran sebuah lembaga  training SDM.  Lembaga training yang akan menyedot sebagian kantong brankas perusahaan. Sebuah penawaran training yang biayanya tidak cukup jutaan rupiah bahkan puluhan juta rupiah.  Konon untuk meningkatkan SDM, biar lebih termotivasi menuju Pelayanan Prima, Pelayan VIP, atau Pelayanan Platinum,  kata mereka. 

"Pelatihannya satu hari full bu...", kata sales sebuah lembaga trainer. "Dengan biaya segitu,  itu sudah cukup murah. Biaya segitu dibandingkan dengan kualitas SDM yang unggul tidak bisa dibandingkan Bu..". Begitu kata Sales trainer saat harga pelatihannya ditawar. Benarkah pelatihan-pelatihan seperti itu dapat meningkatkan SDM? Jawabannya "Belum tentu".  Karena peningkatan kulaitas sebuah SDM tidak hanya cukup dengan sebuah pelatihan satu hari full, apalagi latihannya sekedar hura-hura, huhu haha dan seabreg model variasi lainnya yang terkadang lebih banyak mubazirnya bahkan cenderung kepada pelanggaran-pelanggaran terhadap syariat Isalm. Untuk meningkatkan SDM masih banyak faktor lain yang diperlukan.

Kesadaran pribadi yang berasal dari dalam hati nurani, ini merupakan faktor utama,  dan untuk menyadarkan itu tidak cukup hanya pelatihan sehari, apalagi pelatihan seharinya cuma ngajarkan kiat bagaimana cara menyapa konsumen dan menerima telepon sementara selebihnya berisi kesia-siaan bahkan kemaksiatan. Kesadaran pribadi  membutuhkan  sentuhan-sentuhan yang kontinyu, berkali-kali, berhari-hari bahkan boleh jadi butuh tahunan untuk membentuk sebuah SDM yang mumpuni. Sementara materi praktis tentang cara, sikap dan ucapan yang terbaik nomor dua. Sedangkan terakhir adalah kontrol dari teman dikanan dan kirinya, saling mengingatkan jika kurang pas dari teman lainnya dan ini memegang peran yang sangat besar, dalam ajaran Islam ada istilah "watawa shaubilhaqwatawashaubishshabri".

Bahkan jika diperlukan ada semacam kesepakatan dan peringatan khusus di seragam tiap karyawan: "Ingatkan Saya Jika Pelayanan Saya Kurang Baik".  Saya teringat ketika adik saya bekerja di sebuah perusahaan swasta asing yang berhubungan dengan alat-alat berat,  mereka tiap karyawan di setiap seragam mereka ada tulisan: "Ingatkan Saya Jika Apa yang Saya Lakukan Tidak Safety (membahayakan keselamatan)". Tetapi justru hal-hal yang penting semacam ini justru tidak di tekankan dalam pelatihan, sementara kulitnya yang boleh jadi tidak sesuai dengan keyakinan dan bertentangan dengan nilai-nilai Islami justru diikuti dengan detail, bahkan terkadang masih ditambah dengan yang lebih parah lagi.

Perlu diketahui bahwa asal-muasal model-model pelatihan semacam itu berasal dari  orang-orang barat yang notabene kuffar. Maka tentu saja model-model nyapun tidak jauh dari kebiasaan dan nilai-nilai mereka, seperti tepuk tangan, mengiringi dengan musik, dansa-dansi dan sejenisnya. Sementara trainers muslim kadang hanya ikut-ikutan, rupanya mereka lupa setiap hari minimal lima kali berdo'a :
"Tunjukilah kami ke jalan yang lurus dan bukan jalannya orang yang sesat (Yahudi) dan dimurkai (Nasrani)". QS.Alfatihah.
Dalam Islam tepuk tangan memang diperbolehkan tetapi bagi wanita saat diperlukan dan itupun tidak terus-menerus. Tahukah Anda bahwa tepuk tangan merupakan satu cara  ibadahnya orang non muslim. Kalau gak percaya datanglah ke tempat ibadah mereka, disana Kau akan dapatkan nyanyian, musik dan tepuk tangan di saat mereka beribadah dan itu semua ada dalam acar mereka.

Lalu perlukah training atau pelatihan bagi sebuah perusahaan? Tentu saja perlu, jika memang tepat sasaran dan  memang perusahaan memerlukan pelatihan dalam bidang tersebut. Namun ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan jika sebuah perusahaan hendak mengadakan training bagi para Karyawannya. Dan lebih daripada itu faktor syar'i bagi sebuah perusahaan harus lebih diperhatikan lagi, apalagi perusahaan yang mengatasnamakan atau membawa nama Islami.  Berikut ini beberapa pelanggaran syariat dan solusinya:
Tidak mengindahkan bahkan mengabaikan waktu shalat. Beberapa pelatihan, seminar atau sejenisnya diantara mereka terus melangsungsungkan pelatihan di saat-saat jam mendekati waktu shalat atau bahkan saat adzan dikumandangkan pelatihan masih terus berlangsung. Lebih parah lagi sampai muadzin mengumandangkan iqamat pelatihan tetap berlangsung dengan diiringi musik dan nyanyian-nyanyian.  
Solusi:  Pelatihan merupakan acara yang direncanakan maka rencanakan pula kapan jam mulai dan kapan jam selesainya.  Jika kemudian pelatihan harus melewati waktu shalat maka saat mendekati waktu shalat lima sampai sepuluh menit sebelum adzan pelatihan dihentikan. Atau   paling telat adzan berkumandang pelatihan selesai. Ingatkan audiens bahwa waktu shalat hampir tiba dan pelatihan dihentikan sementara, jika memang pelatihan masih perlu dilanjutkan.
Training terlalu banyak menyianyiakan waktu dengan cerita-cerita dusta, permainan-permainan yang terkadang tidak begitu bermanfaat bahkan boleh jadi mempermalukan orang atau acara-acara yang tidak semestinya kemudian acara tersebut dihubung-hubungkan sehingga seolah-olah permainan itu berhubungan dengan pelatihan, atau dianggap tim trainers berhubungan dengan pelatihan.

Solusi: Gunakan waktu seefisien mungkin, berikan materi singkat padat dan mudah dipahami, berikan feedback berupa pertanyaan apa saja materi yang didapatkan saat penyajian training tadi? Jika peserta ada yang jawabannya belum sesuai dengan maksud training,  berikan penjelasan sehingga audiens lebih bisa memahami materi. Sementara permainan-permainan, cerita dusta atau terkadang permainan sulap, njoged dan sejenisnya hanya buang-buang waktu dan melalaikan peserta dari materi sesungguhnya.

Mencampur baurkan peserta laki-laki dan perempuan secara disengaja. Jika tidak disengaja dan trainer saking tidak tahunya (saking bodohnya) maka ini dimaklumi, jika sudah tahu tetapi justru membuat aturan yang melanggar, agar campur aduk gak karu-karuan, bahkan dibuat kesepakatan batil, maka ini sama saja orang berjalan didepannya ada kotoran ia buat sendiri aturan nanti kalau jalan aturannya menginjak kotoran itu, atau sudah tahu kalau menjerembabkan kepalanya ketembok kepalanya benjut ia malah buat aturan untuk disepakati agar membenturkan kepala ke tembok.  

Solusinya: Tidak dipungkiri bahwa campur antara pria dan wanita dalam kehidupan sehari-hari seringkali tidak bisa dihindari, di bus, di warung makan, di pasar di tempat kerja dan lain-lain. Namun keadaan semacam ini seharusnya diupayakan untuk diminimalisir sesuai dengan kemampuan individu, jangan malah justru dijadikan dalil "Toh diluar kita juga campur kayak gitu" Lahaulawalakuwwata illabillah. 

Solusi: Tidak menjadikan satu waktu pelatihan antara pria dan wanita, apalagi jika pelatihan nanti mengharuskan ada peragaan-peragaan dalam beberapa tema latihan. Jika pelatihan atau seminar tidak memerlukan  peragaan, atau praktek-praktek di depan peserta lain, maka seorang pengusaha atau yang diserahi tanggung jawab dalam masalah ini membuat dan membagi peserta latihannya agar tidak terjadi pencampuran lawan jenis baik dalam tempat duduk maupun penyajian materi, yang  terbaik adalah peserta laki-laki didepan dan peserta perempuan di belakang, yah contoh dalam hal ini adalah mengadopsi dari cara mengatur shaff shalat. Shaff utama bagi pria adalah terdepan dan shaff utama bagi wanita adalah yang paling belakang.

Memberi soundtrack dengan musik atau lagu-lagu. Tidak ada manfaatnya mengiringi datangnya penampilan seorang trainer dengan musik. Kisah nyata, pernah seorang dosen diundang untuk memberikan sebuah training Islami, kemudian panitia sudah menyiapkan tim rebana untuk menabuhnya, saat Si Dosen ini hendak tampil, begitu pembawa acara memepersilahkan Si Dosen maju ke depan,  terdengar suara rebana gegap gempita. Mendengar suara gegap gampita rebana, Si Dosen tidak jadi berjalan menuju mimbar, "Ayo Pak Silahkan..." Kata salah seorang panitia. "Sebentar, sebentar tunggu sampai suara itu (rebana) berhenti..." Jawab Si Dosen. Tahukah Anda kenapa Si Dosen tidak maju saat ada suara musik? Si Dosen mengatakan:" Waktu itu Saya tidak mau disamakan dengan 'Othek Ogleng' atau 'Sarimin'.  Demikian pula cara membuat suasana hidup dengan musik justru akan mematikan hati pendengarnya. Bagi orang yang kecanduan musik barangkali musik seakan-akan dapat menambah semangat, dan  padahal sebenarnya kecanduan pada musik sudah merupakan suatu penyakit yang harus diobati, bukan ditularkan dimana-mana.

Solusi: Bagi seorang muslim jika mengadakan suatu acara, yang  seharusnya dilakukan justru diarahkan ke hal-hal yang lebih bermanfaat dan jelas kehalalannya. Baca syair Islami yang tidak bertentangan dengan pemahaman yang shahih, Murattal, video nyata berisi motivasi untuk bahan renungan,  bacaan hadits, atau suara-suara alam bisa menjadi alternatif hiburan untuk menghilangkan kejenuhan dan menghidupkan qalbu,  jika memang hiburan atau selingan itu diperlukan. Banyak sekali hiburan atau selingan yang segar, memotivasi tanpa melanggar syariat Islam.

Tepuk tangan. Tidak jarang training dari awal hingga akhir diiringi dengan tepuk tangan. Bahkan jika tidak ada tepuk tangan trainer meminta kepada audiens: "Mana tepuk tangannya..."

Solusi: Tepuk tangan diperbolehkan bagi wanita saat shalat jika mendapati imam salah. Dan tepuk tangan diharamkan bagi laki-laki. Tepuk tangan bukan cara yang dibenarkan untuk mengungkapkan ketakjuban terhadap sesuatu, jika seorang muslim takjub terhadap suatu perkataan maka ucapkan "Allahu Akbar". Dan ucapan ini bukan diminta,  tetapi diungkapkan sendiri oleh orang yang takjub tersebut.

Mengundang trainers dari kalangan orang-orang kafir padahal banyak orang muslim yang mampu memberikan training dengan materi tersebut, atau training dilakukan oleh para wanita yang tidak menutup aurat, baik audiensnya laki-laki maupun perempuan.
 Solusi: Pilih trainers yang muslim, jika ada trainer wanita, minta untuk menutup auratnya atau jika memang aslinya tidak menutup aurat jangan menyewa training semacam ini, wong mentraining dirinya-sendiri saja pada masalah yang sangat pokok belum bisa kok,  mau disuruh mentraining karyawan Anda,  apalagi dalam masalah cara berbusana tentu sangat naif.

Mengundang trainer untuk mentraining dalam masalah etika, belajar cara berbicara, cara makan, cara berpakaian, cara, menerima tamu, cara bertemu dengan orang dan sebagainya dari training yang tidak jelas sumber-sumber materinya berasal dari mana. Yang jelas tidak disebutkan dari syariah Islam.

Solusi: Masalah etika dalam Islam dikenal dengan istilah akhlak dan adab. Para ulama telah menjelaskan secara panjang lebar bab tentang adab dan akhlak seorang muslim,  baik adab dan akhlak terhadap sesama muslim,terhadap non muslim, orang tua, teman,. cara berbicara, tersenyum, tertawa, menghadapi lawan bicara cara berpakaian dan sebagainya secara komplit, semuanya sudah ada bahkan sangat jelas.  Diantar kitab yang cukup tekenal dalam masalah ini adalah kitab Adabul Mufrad (KLIK DI SINI) dan sekarang sudah ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Cukup undang seorang ustadz yang mumpuni dan memahami kitab para ulama untuk menjelaskan adab dan akhlak yang kita inginkan. Atau bisa dengan solusi meminta semua karyawan mendengarkan sebuah materi adab tertentu dan minta mereka untuk merangkum dan menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut.
Pelatihan dengan model banyak peragaan dan penampilan-penampilan didepan publik lebih tepat diterapkan pada para karyawan pemula, atau para remaja dan anak-anak. Sementara untuk para karyawan eksekutif, senior, dan para orang tua yang sudah bertahun-tahun bahkan puluhan tahun di perusahaan tersebut lebih mulia dan terhormat jika dengan training berupa materi-materi ringkas dengan menekankan pada pemahaman materi. Apalagi jika trainersnya jauh lebih muda dari yang ditraining maka model pelatihan akan jauh lebih bermakna jika pelatihan lebih bernuansa ketenangan dan kedamaian dengan durasi waktu seperlunya saja.

Sebagai penutup, SDM memang sangat penting,  namun terkadang karena dianggap  begitu pentingnya masalah ini, banyak lembaga training yang memanfaatkannya untuk meraih keuntungan materi sebanyak-banyaknya. Bagi seorang pengusaha muslim atau eksekutif perusahaan yang diamanahi perusahaan dalam peningkatan SDM, jangan mudah tergiur, tergoda dan terpengaruh dengan tawaran-tawaran peningkatan SDM dengan janji muluk-muluk apalagi dari orang-orang yang jauh dari nilai-nilai Islami. Disamping itu masih ditambah lagi dengan biaya yang  tinggi dan biasanya memang demikian.

Alangkah lebih baiknya jika pelatihan bisa dilakukan dengan menggali potensi perusahaan, donatur, simpatisan pendukung yang memiliki kepedulian terhadap perusahaan,  boleh jadi diantara mereka ada yang kompeten dan  bisa memberikan pelatihan dengan cara-cara yang syar'i, paling tidak mendapat informasi tentang pelatihan yang dibutuhkan yang sesuai dengan syariat.

Jika terpaksa sebuah perusahaan harus mendatangkan pelatihan dari sebuah "Lembaga Pelatihan",  maka  seleksi dan jeli dalam memilih model pelatihan jadi suatu keharusan. Berikan persayaratan agar sistem pelatihan dilakukan tanpa melanggar batasan-batasan syariat sebagaimana disebutkan diatas. 
Selamat berjuang para trainers muslim, jangan malu menampakkan jati diri Anda, tunjukkan bahwa "Saya muslim dan saya bangga". Pembimbing terbaik didunia sepanjang masa adalah Rasulullah Shalallahu'alaihiwassalam, caranya, ucapanya, metodenya semuanya jika digali akan tampak betapa model penyampaian materi, bimbingan dan arahan beliau sungguh luar biasa.

Terkadang beliau Rasulullah shallallahu'alaihuwassalam, menyampaikan bimbingan dengan pertanyaan, terkadang dengan kisah nyata, terkadang dengan ancaman. terkadang pula dengan harapan, semuanya bisa digali dari hadits-hadits yang shahih. Terkadang beliau mampu membuat para pendengarnya menjadi bersemangat untuk beramal dan juga beberapa kali membuat orang yang mendengarnya menjadi berurai air mata.

Wallahua'lamubishshawab.


2 komentar:

Banimahfud mengatakan...

Terimakasih. Tulisan yang memaparkan kritik membangun : diuraikan masalah dipaparkan ide-ide solutif.
dakwah "bilqolam" dan "bilkalam" selanjutnya saya tunggu.

Admin mengatakan...

Barakallahufiikum. Na'am,
Insya Allah.

Posting Komentar